16 September 2011

Lopo sebagai Sebuah Simbol

Saat itu, salah seorang teman di sebelah, yang baru dikenal, menceritakan dengan semangat apa yang ada dihadapan kami. Lopo, salah satu bangunan adat masyarakat Nusa Tenggara Timur. Beliau bilang, lopo merupakan simbol sikap keterbukaan masyarakat setempat. Biasanya masyarakat mengadakan pertemuan-pertemuan untuk membicarakan masalah-masalah adat atau persoalan lingkungan sehari-hari di lopo. Siapapun dapat melihat siapa saja yang berkumpul di situ dan apa saja yang mereka bicarakan. Tidak ada "transaksi-transaksi dibalik layar", tidak ada rahasia diantara mereka.

Foto 1: Salah satu lopo tua, sudah jarang digunakan.

Ketua kampung atau tokoh masyarakat biasanya "wajib" memiliki lopo. Bangunan ini berbentuk lingkaran, tanpa sekat, atap berbentuk kerucut, ada yang besar (berdiameter sampai 10 meter) ada yang kecil (berdiameter kurang dari 3 meter). Tapi nampaknya ada beberapa lopo yang multifungsi, selain tempat pertemuan, juga berfungsi sebagai lumbung (tempat menyimpan) pangan untuk antisipasi musim paceklik.

Foto 2: Selain tempat pertemuan, lopo juga dapat berfungsi sebagai lumbung pangan.

Foto 3: Selain tempat pertemuan, lopo juga dapat berfungsi sebagai lumbung pangan.

Foto 4: Hasil ternak atau pangan kadang dikaitkan langsung pada lopo.

Foto 5: Lopo juga dapat digunakan untuk beristirahat atau tidur.

Foto 6: Rumah adat lain selain lopo.