7 November 2011

Letusan Besar "Gunungapi" Toba

Sejarah Danau Toba merupakan sejarah kemanusiaan. Keberadaan Danau Toba terkait dengan letusan besar Gunungapi Toba. Menurut buku ini, di manapun manusia di bumi ini, merupakan keturunan dari segelintir manusia yang selamat dari letusan besar Gunungapi Toba yang nyaris memusnahkan spesies manusia di bumi kala itu (a population bottleneck). Perawakan kita mungkin jauh berbeda satu sama lain, tapi DNA manusia di dunia ini menunjukkan kita saudara "sangat dekat".

Scroll halaman buku atau klik tanda > atau < untuk berpindah ke halaman berikutnya atau sebelumnya. Klik tanda zoom in/out "+" atau "-" untuk memperbesar atau memperkecil tampilan buku (google) online.


Buku mengenai Letusan Besar Gunungapi Toba.
Scroll halaman buku atau klik tanda > atau < untuk berpindah ke halaman berikutnya atau sebelumnya. Klik tanda zoom in/out "+" atau "-" untuk memperbesar atau memperkecil tampilan buku (google) online.

16 September 2011

Lopo sebagai Sebuah Simbol

Saat itu, salah seorang teman di sebelah, yang baru dikenal, menceritakan dengan semangat apa yang ada dihadapan kami. Lopo, salah satu bangunan adat masyarakat Nusa Tenggara Timur. Beliau bilang, lopo merupakan simbol sikap keterbukaan masyarakat setempat. Biasanya masyarakat mengadakan pertemuan-pertemuan untuk membicarakan masalah-masalah adat atau persoalan lingkungan sehari-hari di lopo. Siapapun dapat melihat siapa saja yang berkumpul di situ dan apa saja yang mereka bicarakan. Tidak ada "transaksi-transaksi dibalik layar", tidak ada rahasia diantara mereka.

Foto 1: Salah satu lopo tua, sudah jarang digunakan.

Ketua kampung atau tokoh masyarakat biasanya "wajib" memiliki lopo. Bangunan ini berbentuk lingkaran, tanpa sekat, atap berbentuk kerucut, ada yang besar (berdiameter sampai 10 meter) ada yang kecil (berdiameter kurang dari 3 meter). Tapi nampaknya ada beberapa lopo yang multifungsi, selain tempat pertemuan, juga berfungsi sebagai lumbung (tempat menyimpan) pangan untuk antisipasi musim paceklik.

Foto 2: Selain tempat pertemuan, lopo juga dapat berfungsi sebagai lumbung pangan.

Foto 3: Selain tempat pertemuan, lopo juga dapat berfungsi sebagai lumbung pangan.

Foto 4: Hasil ternak atau pangan kadang dikaitkan langsung pada lopo.

Foto 5: Lopo juga dapat digunakan untuk beristirahat atau tidur.

Foto 6: Rumah adat lain selain lopo.


16 Agustus 2011

"Hikayat" Bre-X

Dulu, di salah satu majalah (tidak ingat namanya), ada yg bilang: "ini baru ekornya saja, gajahnya sendiri masih belum ditemukan"," untuk menggambarkan besarnya cadangan emas di Busang, Kalimantan yang ditemukan Bre-X kala itu. Tapi akhirnya sang "gajah" benar2 tidak ditemukan.

Kantor Bre-X di Calgary, Canada (sumber).

Singkat cerita, ada yang kaya raya tapi banyak yang bangkrut mendadak dari saham Bre-X ini. Ada yang bilang ini termasuk "the greatest mining scam of all time". Geolog Bre-X akhirnya tewas bunuh diri (ada yang bilang dibunuh, rumor lain: dia melarikan diri & menghilang walau "jasadnya" ditemukan), chief geologist diadili bertahun-tahun walau akhirnya bebas, dan sang CEO meninggal dunia dalam pelarian.

11 Juni 2011

Geologi Baturaden

Baturaden merupakan kawasan wisata yang terletak di utara Kota Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Selain tempat wisata, Baturaden juga memiliki fitur-fitur geologi yang menarik. Berikut ini gambaran sekilas kawasan wisata Baturaden serta beberapa aspek geologi yang sempat terekam.

Foto 1: Pintu masuk kawasan wisata Baturaden

Foto 2: Batuan beku, produk dari aliran lava yang telah membeku

Foto 3: Bekas lubang-lubang gas, indikasi lava kaya akan kandungan gas

Foto 4: Batuan beku, struktur kekar tiang (retakan atau columnar joint), terkait dengan pendinginan lava

Foto 5: Batuan beku, struktur kekar tiang (retakan atau columnar joint), terkait dengan pendinginan lava

Foto 6: Singkapan breksi lahar lapuk

Foto 7: Menuju Pancuran-3, melalui lembah sempit

Foto 8: Ada 3 buah, karena itulah dinamakan "Sumber mata air panas Pancuran-3". Suhu sekitar 45-55 derajat celcius (mungkin lebih tepat disebut mata air hangat).

Foto 9: Mata air utama dengan gelembung-gelembung gas-nya

Foto 10: Meninggalkan Pancuran-3, menuju Pancuran-7, melewati hutan hujan tropis

Foto 11: Hutan hujan tropis, hutan damar

Foto 12: Hutan hujan tropis, di beberapa tempat minim sinar matahari, hanya di beberapa titik saja yang tertembus sinar matahari

Foto 13: Hutan damar (bukan hutan pinus) di lereng selatan Gunung Slamet (Baturaden)

Foto 14: (Getah) Damar, Dulu sekali, pada awalnya, bangsa portugis dan belanda rela jauh-jauh datang ke Nusantara hanya untuk yang satu ini, selain rempah-rempah yang lain. Mereka pun rela saling bertaruh nyawa (berperang) juga untuk yang satu ini.

 Foto 14a: Getah Damar: harum baunya ketika dibakar. Karena itu sering digunakan sebagai Kemenyan (dupa), dan (dulu) bersama tembakau jadi bahan baku rokok.

Foto 15: Sebagian cekungan banyumas, "terra incognita", dilihat dari lereng selatan Gunung Slamet

Foto 16: Menuju "Pancuran-7"

Foto 17: Menuju "Pancuran-7", jalan kembali turun setelah sempat naik terus

Foto 18: Ada 7 buah, karena itulah dinamakan "sumber mata air panas pancuran-7", suhu sekitar 50an derajat celcius (air hangat?)

Foto 19: Aliran air hangat dari Pancuran-7

Foto 20: Aliran air hangat dari Pancuran-7

foto 21: Travertine, contoh endapan karbonat yang terbentuk di darat

Foto 22: Travertine, contoh endapan karbonat yang terbentuk di darat

Foto 23: Travertine, contoh endapan karbonat yang terbentuk di darat

Foto 24: Travertine, contoh endapan karbonat yang terbentuk di darat

Foto 25: Sisa tanaman yang tertimbun oleh endapan travertine

Foto 26: Sisa tanaman yang tertimbun oleh endapan travertine dan seluruh bagiannya tegantikan oleh mineral karbonat

Foto 27: Jalan menuju pulang. Saatnya pulang ke rumah


31 Mei 2011

Tuhan Sembilan Senti

oleh: Taufiq Ismail

Indonesia adalah sorga luar biasa ramah bagi perokok, tapi tempat siksa tak tertahankan bagi orang yang tak merokok.

Di sawah petani merokok,
di pabrik pekerja merokok,
di kantor pegawai merokok,
di kabinet menteri merokok,
di reses parlemen anggota DPR merokok,
di Mahkamah Agung yang bergaun toga merokok,
hansip-bintara-perwira nongkrong merokok,
di perkebunan pemetik buah kopi merokok,
di perahu nelayan penjaring ikan merokok,
di pabrik petasan pemilik modalnya merokok,
di pekuburan sebelum masuk kubur orang merokok.

Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na’im sangat ramah bagi perokok, tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok.

Di balik pagar SMU murid-murid mencuri-curi merokok,
di ruang kepala sekolah…ada guru merokok,
di kampus mahasiswa merokok,
di ruang kuliah dosen merokok,
di rapat POMG orang tua murid merokok,
di perpustakaan kecamatan ada siswa bertanya apakah ada buku tuntunan cara merokok.

Di angkot Kijang penumpang merokok,
di bis kota sumpek yang berdiri yang duduk orang bertanding merokok,
di loket penjualan karcis orang merokok,
di kereta api penuh sesak orang festival merokok,
di kapal penyeberangan antar pulau penumpang merokok,
di andong Yogya kusirnya merokok,
sampai kabarnya kuda andong minta diajari pula merokok.

Negeri kita ini sungguh nirwana kayangan para dewa-dewa bagi perokok, tapi tempat cobaan sangat berat bagi orang yang tak merokok.

Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru, diam-diam menguasai kita.

Di pasar orang merokok,
di warung Tegal pengunjung merokok,
di restoran, di toko buku orang merokok,
di kafe di diskotik para pengunjung merokok.

Bercakap-cakap kita jarak setengah meter tak tertahankan asap rokok,
bayangkan isteri-isteri yang bertahun-tahun menderita di kamar tidur
ketika melayani para suami yang bau mulut dan hidungnya mirip asbak rokok.

Duduk kita di tepi tempat tidur ketika dua orang bergumul saling menularkan HIV-AIDS sesamanya, tapi kita tidak ketularan penyakitnya. Duduk kita disebelah orang yang dengan cueknya mengepulkan asap rokok di kantor atau di stop-an bus, kita ketularan penyakitnya. Nikotin lebih jahat penularannya ketimbang HIV-AIDS.

Indonesia adalah sorga kultur pengembangbiakan nikotin paling subur di dunia, dan kita yang tak langsung menghirup sekali pun asap tembakau itu, bisa ketularan kena.

Di puskesmas pedesaan orang kampung merokok,
di apotik yang antri obat merokok,
di panti pijat tamu-tamu disilahkan merokok,
di ruang tunggu dokter pasien merokok,
dan ada juga dokter-dokter merokok.

Istirahat main tenis orang merokok,
di pinggir lapangan voli orang merokok,
menyandang raket badminton orang merokok,
pemain bola PSSI sembunyi-sembunyi merokok,
panitia pertandingan balap mobil, pertandingan bulutangkis, turnamen sepakbola mengemisngemis mencium kaki sponsor perusahaan rokok.

Di kamar kecil 12 meter kubik, sambil ‘ek-’ek orang goblok merokok,
di dalam lift gedung 15 tingkat dengan tak acuh orang goblok merokok,
di ruang sidang ber-AC penuh, dengan cueknya, pakai dasi, orang-orang goblok merokok.

Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na’im sangat ramah bagi orang perokok, tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok.

Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru, diam-diam menguasai kita.

Di sebuah ruang sidang ber-AC penuh, duduk sejumlah ulama terhormat merujuk kitab kuning dan mempersiapkan sejumlah fatwa.

Mereka ulama ahli hisap.
Haasaba, yuhaasibu, hisaaban.
Bukan ahli hisab ilmu falak,
tapi ahli hisap rokok.

Di antara jari telunjuk dan jari tengah mereka terselip berhala-berhala kecil, sembilan senti panjangnya, putih warnanya, kemana-mana dibawa dengan setia, satu kantong dengan kalung tasbih 99 butirnya.

Mengintip kita dari balik jendela ruang sidang, tampak kebanyakan mereka memegang rokok dengan tangan kanan, cuma sedikit yang memegang dengan tangan kiri.
Inikah gerangan pertanda yang terbanyak kelompok ashabul yamiin dan yang sedikit golongan ashabus syimaal?

Asap rokok mereka mengepul-ngepul di ruangan AC penuh itu.
Mamnu’ut tadkhiin, ya ustadz. Laa tasyrabud dukhaan, ya ustadz.
Kyai, ini ruangan ber-AC penuh.
Haadzihi al ghurfati malii’atun bi mukayyafi al hawwa’i.
Kalau tak tahan, di luar itu sajalah merokok.

Laa taqtuluu anfusakum. Min fadhlik, ya ustadz.
25 penyakit ada dalam khamr. Khamr diharamkan.
15 penyakit ada dalam daging khinzir (babi). Daging khinzir diharamkan.
4000 zat kimia beracun ada pada sebatang rokok. Patutnya rokok diapakan?

Tak perlu dijawab sekarang, ya ustadz. Wa yuharrimu ‘alayhimul khabaaith.
Mohon ini direnungkan tenang-tenang, karena pada zaman Rasulullah dahulu, sudah ada alkohol, sudah ada babi, tapi belum ada rokok.

Jadi ini PR untuk para ulama.
Tapi jangan karena ustadz ketagihan rokok, lantas hukumnya jadi dimakruh-makruhkan, jangan.

Para ulama ahli hisap itu terkejut mendengar perbandingan ini.
Banyak yang diam-diam membunuh tuhan-tuhan kecil yang kepalanya berapi itu, yaitu ujung rokok mereka.

Kini mereka berfikir. Biarkan mereka berfikir.
Asap rokok di ruangan ber-AC itu makin pengap, dan ada yang mulai terbatuk-batuk.

Pada saat sajak ini dibacakan malam hari ini, sejak tadi pagi sudah 120 orang di Indonesia mati karena penyakit rokok. Korban penyakit rokok lebih dahsyat ketimbang korban kecelakaan lalu lintas.

Lebih gawat ketimbang bencana banjir, gempa bumi dan longsor, cuma setingkat di bawah korban narkoba.

Pada saat sajak ini dibacakan, berhala-berhala kecil itu sangat berkuasa di negara kita,
jutaan jumlahnya, bersembunyi di dalam kantong baju dan celana, dibungkus dalam kertas berwarni dan berwarna, diiklankan dengan indah dan cerdasnya.

Tidak perlu wudhu atau tayammum menyucikan diri, tidak perlu ruku’ dan sujud untuk taqarrub pada tuhan-tuhan ini, karena orang akan khusyuk dan fana dalam nikmat lewat upacara menyalakan api dan sesajen asap tuhan-tuhan ini.

Rabbana, beri kami kekuatan menghadapi berhala-berhala ini.

Selamat "Hari Tanpa Tembakau Sedunia, 31 Mei 2011".
Disadur langsung dari sumbernya.

17 Mei 2011

Antara Purwokerto dan Somagede




Peta 1.: Daerah Purwokerto-Somagede dan sekitarnya. Drag mouse pada peta atau klik tanda panah kiri-kanan atau atas-bawah di kiri atas peta untuk berpindah ke lokasi lain pada peta. Klik tanda "+" atau "-" untuk memperbesar atau memperkecil skala peta. Klik link ini untuk membuat peta seperti di atas.

Foto 1a.: Pertigaan Timur Sokaraja, Banyumas, Jawa Tengah

Foto 1b.: Pertigaan Timur Sokaraja, Banyumas, Jawa Tengah

Foto 2.: Klenteng Hok Tek Bio, Sokaraja yang terletak persis di sisi selatan Pertigaan Timur Sokaraja

Foto 3.: Pasar Sokaraja, di sebelah selatan Pertigaan Timur Sokaraja

Foto 4.: Korem 071 - Wijayakusuma, terletak beberapa ratus meter dari Pertigaan Sokaraja

Foto 5.: Sungai Serayu, Banyumas

Foto 6.: Alun-alun Kab. Banyumas

Foto 7a.: Pertigaan RSUD Banyumas

Foto 7b.: Pertigaan RSUD Banyumas

Foto 8.: Somagede, tenang & tentram

Foto 9.: Desa Somagede. Ciri sungai di daerah perbukitan, sempit, curam, minim air jika musim kemarau atau bahkan tanpa air. Jika hujan, airnya deras, begitu derasnya sampai dapat mengangkut batu-batu berukuran besar (bongkah) ini dari atas bukit (sana).

Foto 10.: Singkapan batulempung karbonat pada Kali (sungai) Lokasana, Somagede

Foto 11.: Singkapan batulempung karbonat pada Kali (sungai) Lokasana, Somagede

Foto 12.: Singkapan batulempung karbonat pada Kali (sungai) Lokasana, Somagede

Foto 13.: Singkapan batulempung karbonat pada Kali (sungai) Lokasana, Somagede

Foto 14.: batulempung karbonat pada Kali Lokasana, Somagede. Terdiri juga atas (hancuran) fosil dalam jumlah kecil, dan tuff. Perlu di-cek lagi dengan alat yang memadai (mikroskop). Ekuivalen dengan Formasi Halang??.

Foto 15.: Singkapan breksi pada Kali (sungai) Lokasana, Somagede

Foto 16.: Singkapan breksi pada Kali (sungai) Lokasana, Somagede

Foto 17.: Singkapan breksi pada Kali (sungai) Lokasana, Somagede

Foto 18.: Singkapan breksi pada Kali (sungai) Lokasana, Somagede