Akan tetapi dampak yang ditimbulkan justru terjadi beberapa tahun setelah erupsi tersebut. material, gas dan abu vulkanik (termasuk sulfur) hasil erupsi memenuhi atmosfer bumi dalam jumlah sangat besar dan meliputi sebagian besar dunia. Sinar matahari terhalang oleh gas sulfur hasil erupsi yang membentuk aerosol asam sulfur yang menyebabkan musim dingin berkepanjangan. Tumbuhan banyak yang mati, panen gagal dan kelaparan ada di sebagian besar belahan dunia (baca juga: "Lost Kingdom" Discovered on Volcanic Island in Indonesia").
The Year without a Summer
Fakta Terakhir: Tambora Bukan Pelaku Tunggal
Dekade 1810 - 1819 tercatat sebagai tahun-tahun terdingin dalam 500 tahun terakhir. Erupsi Tambora memiliki kontribusi terhadap kondisi tersebut, akan tetapi tidak tunggal erupsi tersebut semata. Penelitian yang dilakukan terhadap inti lapisan es/salju yang terendapkan pada tahun 1809 dan 1810 di dua termpat berbeda (Antartika dan Greenland) memberi informasi berguna mengenai hal tersebut.
Dalam inti lapisan es tersebut diketahui memiliki abu volkanik dengan kandungan sulfur yang tinggi. Volkanisme yang menghasilkan abu volkanik dan asam sulfur tersebut diyakini sangat besar hingga mampu mendistribusikan partikel-partikel volkanik tersebut sampai ke daerah kutub. Erupsi tersebut terjadi 6 tahun sebelum erupsi besar Tambora.
Kesimpulan lain dari penelitian terhadap inti es dari dua daerah kutub yang berbeda adalah, kandungan sulfur pada inti es dari dua kutub tersebut merupakan produk dari erupsi yang sama. Erupsi tersebut terjadi di daerah tropis karena mampu mendistribusikan material volkaniknya baik ke kutub utara maupun ke kutub selatan, seperti yang dilakukan oleh erupsi Tambora (sumber).